Jakarta, Realita.OnLine – Rabu (9 Juli 2025), Energi terbarukan di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Data publik dari pemerintah, akademisi, LSM, dan media kini terintegrasi dalam satu platform yang menyajikan informasi real-time seputar perkembangan energi hijau di Tanah Air.
Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) mencatat kapasitas pembangkit listrik EBT sepanjang 2023 mencapai 13.155 MW, dengan target 2024 sebesar 13.886 MW. Kenaikan ini didominasi oleh tenaga air, panas bumi, dan bioenergi.
Sejak 2017, kapasitas PLT EBT terus meningkat signifikan—dari 9.427 MW menjadi 12.616 MW pada 2022, dan kembali bertambah 217,73 MW di Semester I 2024. Kontribusi terbesar berasal dari PLT Hidro dan PLTS yang melampaui target tahunan.
Tak hanya soal kapasitas, pembangkit EBT berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) hingga 123,22 juta ton CO₂e, serta mendorong industri lokal dengan capaian Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 49,8%.
Namun demikian, realisasi bauran EBT dalam energi nasional masih tertinggal. Target 23% di 2025 diproyeksikan meleset dan disesuaikan menjadi 17–19% melalui revisi PP No. 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dewan Energi Nasional menyatakan penyesuaian ini sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi makro ekonomi yang melambat.

Untuk mengejar bauran EBT yang lebih ambisius, pemerintah menargetkan :
– Penambahan kapasitas pembangkit 730,6 MW
– Pemanfaatan biodiesel 12,5 juta kL
– Penurunan emisi GRK hingga 142 juta ton CO₂e
– Peningkatan investasi dan belanja APBN untuk EBT
Pengembangan 12 unit PLTS terpadu dan PLTMH di wilayah 3T

PLTS Atap jadi andalan percepatan. Pemerintah menargetkan PLTS Atap sebesar 3,61 GW hingga 2025, dengan potensi :
– Serapan tenaga kerja 121.500 orang
– Investasi fisik hingga Rp63 triliun
– Penurunan emisi GRK 4,58 juta ton CO₂e
– Nilai Ekonomi Karbon Rp60 miliar per tahun
Beberapa instalasi PLTS atap terbesar kini berdiri di industri-industri besar, seperti :
– PT Tjiwi Kimia Sidoarjo : 9,8 MWp
Coca-Cola Cikarang: 7,2 MWp
– Danone Aqua Klaten : 3 MWp
Kepercayaan publik meningkat berkat kemudahan akses teknologi, harga instalasi yang makin terjangkau, dan ketersediaan pembiayaan dari perbankan.
Pemerintah juga menyempurnakan regulasi PLTS Atap lewat Permen ESDM No 2/2024. Revisi ini merespons banyaknya aduan masyarakat terkait pembatasan kapasitas, waktu persetujuan instalasi, dan tata kelola sistem yang belum optimal. Kini PLTS Atap difokuskan sebagai strategi utama mendorong “green product” dan mencegah risiko carbon tax global.
Energi baru terbarukan Indonesia telah memasuki fase akselerasi. Meski target bauran belum sepenuhnya tercapai, arah kebijakan, regulasi, serta dukungan publik menunjukkan bahwa energi hijau bukan lagi masa depan—melainkan kebutuhan saat ini.